Novel karya Eka Kurniawan masuk nominasi Man Booker Prize 2016

Novel karya Eka Kurniawan masuk nominasi Man Booker Prize 2016

Situs resmi The Man Booker International Prize mengumumkan novel karya penulis Indonesia Eka Kurniawan itu masuk dalam daftar pertama nominasi bersama 13 buku karya penulis dari berbagai negara.
Dewan juri telah memilih 13 buku tersebut dari 155 novel dari 12 negara dengan sembilan bahasa berbeda, termasuk novel A Strangeness in My Mind karya peraih Nobel sastra asal Turki, Orhan Pamuk.
Hak atas foto Eka Kurniawan
Image caption "Ini novel campur aduk, ada novel psikologi, tapi di saat yang sama, ada aspek mitologi manusia harimau, ada metafora tentang politik," kata Eka.
Dalam wawancara dengan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, penulis kelahiran 1975 di Tasikmalaya, Jawa Barat, ini mengaku menerima informasi itu dari pesan tertulis yang dikirimkan teman-temannya pada Kamis (10/03) pagi.
"Teman-teman saya kirim SMS tadi pagi ketika saya antar anak saya sekolah," kata Eka Kurniawan, yang novel-novelnya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.

'Pengin ngumpet...'

"Perasaan saya? Agak nervous, pengin ngumpet (sembunyi) saja," ujar pria lulusan Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 1999 ini, seraya terkekeh.
Eka mengatakan, sebagai penulis, dirinya sudah terbiasa bekerja dalam suasana sunyi. "Ya, layaknya menjalani hidup seperti kayak pendeta. Saya terbiasa membaca buku sendiri, menulis sendiri, riset sendiri."

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/03/160310_majalah_ekakurniawan_manbooker
Novel Berlatar 1965 Masuk Nominasi Penghargaan Sastra Jerman

Novel Berlatar 1965 Masuk Nominasi Penghargaan Sastra Jerman

Laksmi Pamuntjak menyeruak di antara nama-nama penulis perempuan dari Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika, dan Karibia. Ia masuk enam besar nominasi penghargaan penulisan Liberaturpreis di Jerman.

Satu-satunya penulis yang mewakili Indonesia itu membawa karyanya yang sudah mendunia, Amba. Novel roman berlatar peristiwa 1965 itu diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan berjudul Alle Farben Rot.

Laksmi menjadi nomine bersama Marguerite Abouet penulis asal Afrika, Najet Adouani penulis asal Tunisia, Maria Sonia Cristoff penulis asal Argentina, Ayelet Gundar-Goshen penulis asal Israel, dan Antjie Krog yang juga penulis asal Afrika.

"Penentuan pemenangnya [Liberaturpreis] adalah melalui popularitas, dengan cara public voting. Jadi, publik yang menentukan siapa yang terbaik," kata Dionisius Wisnu hubungan masyarakat PT Gramedia Pustaka Utama dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com.

Hingga awal Mei lalu, Laksmi memimpin peroleh suara. Penulis Aruna dan Lidahnya itu dipilih oleh 45,79 persen publik, berjarak tipis dari Najet di posisi ke-dua. Hari ini, Selasa (31/5), hari terakhir pemungutan suara.

Ini bukan pertama Amba menorehkan prestasi. Sebelumnya buku itu disebut sebagai karya internasional terbaik paruh tahun ke-dua yang telah diterjemahkan ke bahasa Jerman, menurut daftar sastra Weltempfaenger.

Buku itu juga disebut sebagai 10 besar karya fiksi terbaik oleh sejumlah media ternama Jerman seperti Frankfurter Allgemeine Zeitung.

Selain bahasa Jerman, Amba juga akan diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul The Question of Red. Buku itu terbit 12 Juli mendatang.

Liberaturpreis merupakan penghargaan yang diselenggarakan oleh lembaga Lit Prom. Penghargaan itu sengaja ditujukan untuk menyuarakan penulis-penulis perempuan yang selama ini belum terepresentasikan di dunia. (rsa/vga)

http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20160531154709-241-134774/novel-berlatar-1965-masuk-nominasi-penghargaan-sastra-jerman/
Penghargaan, Buah Cinta dan Keikhlasan

Penghargaan, Buah Cinta dan Keikhlasan

Gadis berusia 12 tahun itu berdiri di muka kelas dengan wajah pucat dan merah padam. Serbuan gumpalan kertas dan caci maki seolah tak berhenti menghantam tubuh mungilnya yang sedang berdiri di atas satu kaki. Gara-gara ketahuan mencoret-coret bagian belakang buku tulisnya, ia dihukum berdiri satu kaki di depan kelas dan disoraki teman sekelasnya. Tak cukup sampai di sana. Setelah jam istirahat berbunyi, ia masih harus menerima amarah guru kelas berikut cubitan yang membirukan lengannya.


Kejadian itu belum bisa hilang dari benaknya meskipun puluhan tahun berlalu dan sang guru kelas telah meninggal dunia. Masalahnya sepele. Ia menulis bagian belakang buku tulisnya saat jam pelajaran dengan cerita-cerita roman, karena jenuh dengan pelajaran sang guru. Belakangan ia pun mengetahui bahwa ia suka menulis dan menggambar. Hampir semua buku pelajarannya penuh coretan di bagian belakang. Ia menghilangkan rasa jenuh belajar dengan menulis cerita-cerita khayalan dan menggambar kartun.

Walaupun mengalami hukuman di kelas 6 SD, kesukaannya menulis dan menggambar itu tak berhenti. Ketika duduk di bangku SMP, akhirnya ia menulis di buku tersendiri sehingga tidak mengotori buku pelajarannya. Tulisan itu semakin banyak terkumpul menjadi cerita-cerita pendek dan novela. Setelah duduk di bangku SMA, ia beranikan diri mengirim tulisan-tulisan khayalannya ke majalah-majalah dan baru dimuat saat duduk di kelas 3 SMA. Perjalanan yang panjang untuk menjadi seorang penulis dan novelis.

Ya. Dulu profesi penulis dan novelis masih dipandang sebelah mata. Kini profesi itu semakin dikenal. Ia terus menekuni hobi menulisnya meskipun perjalanan tak selalu mulus. Penghargaan pertamanya diperoleh ketika baru lulus kuliah. Novel pertamanya menjadi juara kedua sebuah lomba novel. Penghargaan yang memotivasinya untuk terus menulis.

Seberapa penting sebuah penghargaan baginya? Tentu saja, bagi seorang gadis yang pernah dihukum di depan kelas karena ketahuan menulisi buku pelajarannya, penghargaan itu sangat penting. Ternyata apa yang dilakukannya dulu itu bukan perbuatan bodoh, sebagaimana yang dituduhkan oleh mendiang gurunya. Sayang, sang guru belum sempat menyaksikan puluhan buku yang telah diterbitkan si anak "bodoh" itu karena sudah meninggal dunia.

Penghargaan adalah motivasi untuk melakukan lebih banyak lagi prestasi. Dalam Teori Kebutuhan Maslow oleh Abraham Maslow, pakar Psikologi, penghargaan adalah salah satu kebutuhan dalam puncak teratas yang harus dipenuhi setelah kebutuhan-kebutuhan dasar. Adanya penghargaan dapat memicu seseorang untuk melakukan lebih banyak lagi hal positif untuk kemajuan dirinya maupun orang lain.

Gadis itu, adalah aku. Telah merasakan betapa sebuah penghargaan telah mendorongnya untuk terus berprestasi. Walau sang guru telah tiada, aku tak ingin berhenti. Penghargaan adalah buah cinta dan keikhlasan dari melakoni pekerjaan yang dulu dicemooh banyak orang. Bertahun-tahun menjadi seorang penulis, aku telah merasakan pahit manisnya. Tak semua pekerjaanku dihargai, tetapi aku tetap bertahan menjalani profesi yang telah mendarah daging dalam tubuhku ini. Jika aku mendapatkan penghargaan, maka itulah buah cinta dan keikhlasan. Jika mengikuti Teori Maslow, maka aku telah berada di puncak piramida.

http://www.leylahana.com/2016/08/penghargaan-buah-cinta-dan-keikhlasan.html